MUSA
(Musyawarah Santri Ash-Sholatiyyah)
Pasal Tentang
Kesunnahan Wudlu
Tgl.
22 Jan 2017
Soal:
1. Apa yang dimaksud “mengusap telinga dengan air yang baru (بماء جديد)?(Isro’)
2. Apakah menyela-nyela kumis itu termasuk kesunahan wudlu?(Mujab)
3. Jika ada orang yang sudah terbiasa membaca basmalah sebelum
wudlu, lalu suatu ketika ia lupa dan baru ingat saat di tengah-tengah wudlu,
maka membaca basmalah di pertengahan ini masihkah dianggap sebagai kesunnahan
wudlu?(Musthofa)
4. Jika ada orang yang memakai Imamah (sorban), cukupkah ia
mengusap Imamahnya sebagai ganti mengusap kepala saat berwudlu?(Kholid)
Jawaban:
1. Yang dimaksud dengan air yang baru (dalam mengusap kedua
telinga) adalah air yang bukan bekas dari mengusap kepala.)Fathul
Qorib : 5)
ماء جديد اي غيربلل الرأس
Dalam sebuah
hadits dikatakan bahwa Rasulullah SAW mengusap kedua telinganya dengan air yang
baru. Imam Syafi’I mengambil kesimpulan bahwa telinga bukan termasuk dari wilayah
kepala (dalam hal wudlu), karena jika telinga termasuk kepala, maka Rasulullah
tidak mungkin mengambil air yang baru untuk mengusap telinganya.(Ibanatul
Ahkam, Hadits No. 39/ Hal.92)
لقد استدل بهذا
الحديث الشافعي رحمه الله تعالى بأن الأذنين ليستا من الرأس لأنهما لو كانا منه لم
يأخذ رسول الله ص.م. لهما ماء جديدا ومسحهما ببقية ماء الرأس الثابت في الحديث
إنما هو بيان الجواز.
2. Hukumnya bukan sunnah
tapi wajib, karena kumis itu merupakan rambut yang tumbuh di bagian wajah
seperti alis dan bulu mata, maka hukum membasuhnya wajib sampai pada kulitnya
meskipun tebal.)Fathul Qorib : 5)
وإذا كان على الوجه شعر
خفيف أو كثيف وجب اصال الماء اليه مع البشرة التى تحته
Sedangkan jenggotnya
laki-laki yang tipis wajib dibasuh hingga ke kulitnya. Sedangkan jenggot yang
tebal (tidak tampak kulitnya), maka cukup diusap bagian luarnya dan disunnahkan
menyela-nyelanya dengan air mulai dari arah jakun.(Fathul Qorib: 5)
وأما لحية الرجل
الكثيفة بأن لم ير المخاطب بشرتها من خلالها فيكفي غسل ظاهرها بخلاف الخفيفة وهي
ما يرى المخاطب بشرتها فيجب إيصال الماء لبشرتها.
Sedangkan jenggotnya
wanita atau banci meskipun tebal, maka wajib membasuhnya hingga ke kulitnya.(Fathul Qorib: 5)
بخلاف لحية امرأة وخنثى
فيجب إيصال الماء لبشرتها ولو كثفا.
3. Masih dianggap sebagai kesunnahan wudlu.(Fathul Qorib : 5)
فإن ترك التسمية اوّله أتى
بها في أثنائه
Sedangkan jika
membaca basmalah pada saat selesai wudlu, maka basmalahnya ini tidak dianggap
sebagai kesunnahan wudlu lagi.(Fathul Qorib: 5)
فإن فرغ من الوضوء لم يأت
بها.
4. Dasarnya Hadits Rasulullah.(Bulughul Marom, No: 43)
وعن المغيرة بن
شعبة رضي الله عنه أنّ النبيى ص.م. توضأ فمسح بناصياته و على العمامة و الخفين (أخرجه
مسلم).
Artinya : diriwayatkan dari Mughirah bin Syu’bah
r.a. bahwasanya Nabi SAW sedang wudlu, lalu beliau mengusap rambut ubun-ubunnya
dan mengusap imamah dan kedua muzahnya. (HR. Muslim)
Penjabaran hadits
Mengusap imamah sebagai ganti dari mengusap
kepala ketika berwudlu, ada beberapa pendapat:
a.
Imam Ahmad bin Hambal mensyaratkan dalam memakai imamah hendaknya bersuci
terlebih dahulu dan harus ada suatu bagian dari imamah tersebut yang
bergelantung di bawah rahang.
b.
Imam Nawawi berpendapat boleh memakai imamah dengan syarat ketika
mengusapnya harus ada bagian kepala yang juga diusap. Hal ini sesuai dengan
imam Syafi’I, imam Maliki dan Imam Abi Hanifah.(Ibanatul Ahkam, Hadits No. 43/
Hal. 97)
مسح رسول الله
ص.م. على الإمامة و به قال الإمام أحمد دون غيره من الأئمة واشترط لبسها على طهارة كاملة وأن يكون شيء
منها تحت الحنك. قال النووي ولو اقتصر على الإمامة ولم يمسح شيئا من الرأس لم يجزه
ذلك عند الشافعي بلا خلاف وهو مذهب مالك وأبي حنيفة.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar