Oleh
: KH. Ahmad Atabik *
Manusia pada umumnya mempunyai
dua penyakit: penyakit fisik dan penyakit hati. orang yang berpenyakit fisik
merasakan penyakit tersebut sementara orang lain tidak merasakannya. sedangkan
orang yang berpenyakit hati tidak merasakan penyakit tersebut sedang orang lain
merasakannya.
Berkaitan dengan hal itu, pada
dasarnya manusia diberikan 2 jalan ada yang buruk dan ada yang baik, Allah
telah berfirman dalam Al Qur’an surat Asy Syams ayat 7-10 yang arfinya “demi
jiwa demi diri serta penyempurnaan penciptaannya, lalu Allah itu mengilhamkan
jalan ke dalam jiwa itu berbuat kefasikan berbuat kejahatan serta berbuat
ketaqwaan, sungguh beruntunglah orang yang selalu mensucikan bathinnya,
mensucikan hatinya, mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah mereka yang selalu
mengotorinya“.
Dari firman Allah tersebut kita
mengetahui dalam tubuh ini ada satu unsur yang disebut dengan jiwa atau nafs.
Dalam wadah yang disebut jiwa atau nafs itu Allah SWT memberikan 2 (dua) jalan,
yaitu jalan untuk berbuat baik ataupun jalan untuk tldak berbuat baik, Apakah
jalan untuk melakukan perbuatan positif ataupun untuk perbuatan yang negatif,
yang menguntungkan atau merugikan, bergantung kepada manusianya.
Dalam ayat lain Allah berfirman
bahwa jika kalian beriman silakan, jika kafir silakan, terbuka jalannya. Mau
diapakan wadah ini tergantung pada kita. Bukankah Allah SWT telah memberikan 2
(dua) wadah fujurohaa atau taqwahaa, jalan untuk berbuat kejahatan dan jalan
untuk berbuat kebaikan.
Setelah itu Allah mengingatkan
kepada kita, qod aflaha man dzakkaha waqadkhaba man dassaha,
beruntung orang seandainya wadah itu diisi oleh akhlakul karimah, diisi dengan
sifat-sifat yang terpuji. Amat rugilah mereka jika wadah itu dipenuhi dan diisi
oleh sifat-sifat kejahatan dan kemudaratan, apakah yang datangnya dari hawa
nafsu, syetan, iblis maupun sifat-sifat hewaniah.
Jika merujuk kepada Al qur’an,
dan memperhatikan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW serta melihat pada
karakter-karakter manusia-manusia yang terdahulu mulai para nabi dan rasul,
para sahabat hingga pada zaman sekarang ini banyak, sifat-sifat; penyakit hati
yang bersarang dalam jiwa kita. Kita harus waspada kalau kita menyimpan
penyakit-penyakit hati, karena apapun yang kita ucapkan apa yang kita lihat dan
apa yang kita hasilkan dalam pemikiran, yang berwujud dalam perbuatan
sehari-hari adalah tergantung isi hati kita masing-masing.
Kalau hati atau qolbunya bersih,
suci dan diisi sifat-sifat yang baik-baik tentu yang terpancar dari
penglihatan, pendengaran dan pemikiran dalam tindak tanduk perbuatan kita
sehari-hari tentu sesuai isi hati yang baik-baik, tetapi seandainya
penglihatan, pendengaran dan pemikiran yang selalu negative, mata kita sulit
untuk berpaling dari kemaksiatan. Pendengaran kita sulit untuk berpaling dari
pendengaran negative, pikiran kita akan selalu buruk sangka. tingkah laku kita
susah diarahkan.
Sombong dan angkuh adalah
penyakit hati
Dalam sifat sombong dan sifat
angkuh telah dicontoh oleh iblis latnatullah, ketika Allah SWT memerintahkan
untuk bersujud kepada Adam as sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqaroh
ayat 34 yang artinya “Dan (ingatlah ) ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat : ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblls. Ia
enggan dan sombong dan adalah ia termasuk golongan orang-orong kafir“.
Kemudian Iblis menanggapi
perintah yang Allah sampaikan dengan sikap menyombongkan diri, karena itu iblis
dicap oleh Allah sebagai makhluk yang terkutuk. Jika kita sebagai hamba Allah
mengikuti jejak iblis maka jadilah kita sebagai makhluk yang terkutuk sama
seperti iblis.
Faktor-faktor yang menyebabkan
kesombongan adalah kekayaan, kecantikan, kegagahan, keilmuannya, pangkat serta
jabatannya. Akibat dari sifat yang dimilikinya ini tidak mau lagi menerima
kebenaran dari orang lain serta menganggap enteng terhadap orang lain.
Sifat iblis yang lain adalah
sifat rakus dan tamak itu awalnya kata nabi telah ditampilkan oleh Adam as,
karena tertipu oleh iblis latnatullah. Iblis menjanjikan kepada Adam as, dalam
surat Al A’raaf ayat 20-21, yang artinya “Hai Adam aku ini penasehatmu yang
aktif jika kamu terima nasehatku syukur dan tidak kau terima tidak ada masalah,
Tahukah kamu mengapa , Allah melarangmu untuk mendekati pohon khuldi ini, lalu
iblis mengatakan pohon ini yang mengekalkanmu hai Adam, jika anda dekati pohon
itu, maka kamu akan kekal selama-lamanya di surga“.
Ini merupakan tipuan dan rayuan
syetan dan iblis latnatullah, dimana Adam as mendekatinya dan makan buah
tersebut serta auratnya terbuka, akhirnya Adam pun sadar karena telah ditipu
oleh syetan dan iblis latnatullah, maka kemudian Adam as bertaubat kepada Allah
“Robbana dzolamnaa anfushanaa wa inlam taghfirlanaa wa tarhamnaa
lanakuunanna minalkhosirinna - Ya Allah, kami telah menganiaya diri kami
sendiri dan jika Engkau telah mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi“.
Ada lagi penyakit hati yang
merupakan jejak iblis dan syetan selalu mengganggu. Yaitu sifat-sifat dengki
ini sudah ditampilkan sejak dahulu oleh anak Adam as yaitu qabil, yang telah
membunuh adik kandungnya yang bernama habil, karena apa?, karena sifat dengki
kepada adiknya karena Allah menerima qurbannya sedangkan qurban qabil ditolak
oleh Allah. Dalam hadits nabi bahwa kesombongan, ketamakan, kerakusan serta
kedengkian itu merupakan sifat-sifat syetan dan akan menjadi sumber-sumber dari
malapetaka dan sumber maksiat.
Kalau kita perhatikan zaman
sekarang ini, kenapa para pengusaha, para pejabat dan para wakil-wakil rakyat
tidak mau mendengar nasehat-nasehat yang benar. Karena sifat kesombongannya dan
keangkuhannya, mereka menganggap bahwa pendapatnyalah yang benar sementara
pernyataan orang lain itu salah, ini merupakan sifat-sifat syetan dan iblis latnatullah.
Rasa syukur atas pemberian Allah
SWT
Penyakit hati seperti
sombong, tamak, rakus dan dengki seyogyanya disingkirkan jauh-jauh
dari jiwa kita masing-masing, seandainya sifat tersebut kita singkirkan, maka
insya Allah kita menjadi hamba Allah yang terhormat dihadapan Allah, Bagaimana
caranya untuk menghilangkan sifat-sifat syetan dan iblis itu adalah sebagaimana
firman Allah dalam surat Al Ashar ayat 3 yang artinya “kecuall orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran“.
Salah satu cara menghilangkan
sifat tamak dan rakus dengan cara menanamkan rasa syukur dan menikmati
pemberian Allah apa adanya. Sifat dengki dan iri hati bisa kita hindarkan,
dengan cara menerima suatu ujian dan musibah, karena segala sesuatu yang
terjadi dengan izin oleh Allah SWT.
Oleh karena itu jika terjadi
suatu kemewahan, pangkat, jabatan serta harta yang berlimpah kita harus
bersyukur dan jika Allah memberikan suatu kesusahan dan kesengsaraan kita harus
bersabar. Syukur jika berada di atas dan sabar bila berada di bawah.
Mudah-mudahan kita selaku makhluk Allah SWT yang sempurna mampu mensyukuri dan
menikmati pemberian dari Allah SWT dan terhindar dari sifat-sifat syetan dan
iblis latnatullah. (28/09/2010)
*Dewan Masyayih PP.
Ash-Sholatiyyah – Dosen STAIN Kudus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar