Toko Online Towerblank

Kamis, 12 Januari 2017

IKHTISAR TA'LIMUL MUTA'ALLIM


Sebaiknya seorang santri itu selalu mencari Ilmu di setiap waktu dan dalam keadaan apapun. Rasulullah pernah bersabda: “Hikmah adalah impian yang dicari-cari orang mukmin”. Dimanapun ia menemukannya, maka harus segera diambil. Ada yang berkata : “carilah perkara yang bersih dan tinggalkanlah perkara yang kotor”.

Syeikh Fachruddin pernah bercerita tentang budak perempuan Imam Abu Yusuf yang bertemu dengan Syeikh Muhammad yang mana budak itu dapat dipercaya. Kemudian Syeikh Muhammad bertanya kepada budak itu : “saat ini apa yang kamu ingat dari Imam Abu Yusuf tentang ilmu fikih?” Kemudian budak itu menjawab : “tidak ada, kecuali beliau mengulang-ulang ucapan ini ‘adapun bagiannya Dawur adalah gugur’”. Kemudian Syeikh Muhammad langsung hafal ucapan itu. Suatu ketika ia mendapat masalah yang sulit dan masalah tersebut bisa selesai dengan ucapan tadi. Lalu Syeikh Muhammad mengetahui bahwa sesungguhnya mencari ilmu bisa dari siapapun.

Imam Abu Yusuf pernah ditanya: “dengan apa kamu bisa mendapatkan ilmu?” Lalu ia menjawab: “dengan adanya saya masih mau belajar dan saya juga tidak pelit-pelit dalam mengajarkan ilmu saya”.

Ibnu Abbas ditanya: “dengan apa kamu bisa mendapatkan ilmu?”  Kemudian ia menjawab: “yaitu dengan lisan yang suka bertanya dan hati yang selalu berfikir. Itu lah yang disebut sebagai sang pencari Ilmu”. Karena pada zaman dahulu orang yang mencari ilmu itu sering bertanya “apa pendapatmu tentang masalah ini?”.

Sesungguhnya Imam abu Yusuf itu faham ilmu fikih, karena sering bermusyawarah dan saling berdiskusi dengan Imam Abu Hanifah yang sedang berjualan kain di tokonya. Dan dengan adanya cerita ini bisa kita ketahui bahwa sesungguhnya mencari ilmu itu bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun bahkan sambil bekerja.

Dulu Syeikh Abu Hafs itu bekerja dan mencari ilmu. Jadi orang yang mencari ilmu itu hendaknya bisa sambil bekerja untuk membiayai keluarganya. Maka seorang santri yang sambil  bekerja hendaknya tetap belajar dan tidak boleh malas. Bagi orang yang badannya sehat dan akalnya jernih, maka tidak boleh beralasan untuk berhenti  memahami ilmu.


Ada yang bertanya kepada seorang ‘Alim: “dengan apa kamu bisa mendapatkan ilmu?” Kemudian ia menjawab: “dengan sebab orang tua kaya, karena sesungguhnya orang tua yang kaya itu bisa mencetak para ahli ilmu. Sedangkan tambahnya ilmu itu disebabkan adanya rasa bersyukur atas nikmat akal dan ilmu. Abu Hanifah berkata: “saya mendapatkan ilmu itu hanya dengan sebab memuji dan bersyukur kepada Allah SWT. Jadi ketika saya faham suatu ilmu apapun, maka saya selalu mengucapkan “Alhamdulillah” dan akhirnya bertambahlah ilmu saya.

Oleh: Ali Musthofa
di PP. Ash-Sholatiyyah 04­-09 Jan 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ash-Sholatiyyah

authorAssalamu'alaikum, ini adalah e-buletin "El-Makmur" yang dipublikasikan PP. Ash-Sholatiyyah Lasem, Rembang, Jateng, Indonesia. selamat membaca...
Learn More ?



LABEL

EDISI 1 (8) Lain-lain (7) RUPAWAN (4) BIMA (3) MUSA (3) Terjemah (3) SYAFA'AH (2) ANTRI (1) IKHLAS (1)