Sebaiknya seorang santri itu selalu mencari Ilmu di setiap waktu dan dalam keadaan apapun. Rasulullah pernah bersabda: “Hikmah adalah impian yang dicari-cari orang mukmin”. Dimanapun ia menemukannya, maka harus segera diambil. Ada yang berkata : “carilah perkara yang bersih dan tinggalkanlah perkara yang kotor”.
Syeikh Fachruddin pernah
bercerita tentang budak perempuan Imam Abu Yusuf yang bertemu dengan Syeikh
Muhammad yang mana budak itu dapat dipercaya. Kemudian Syeikh Muhammad bertanya
kepada budak itu : “saat ini apa yang kamu ingat dari Imam Abu Yusuf tentang
ilmu fikih?” Kemudian budak itu menjawab : “tidak ada, kecuali beliau mengulang-ulang
ucapan ini ‘adapun bagiannya Dawur adalah gugur’”. Kemudian Syeikh Muhammad
langsung hafal ucapan itu. Suatu ketika ia mendapat masalah yang sulit dan
masalah tersebut bisa selesai dengan ucapan tadi. Lalu Syeikh Muhammad mengetahui
bahwa sesungguhnya mencari ilmu bisa dari siapapun.
Imam Abu Yusuf pernah ditanya: “dengan
apa kamu bisa mendapatkan ilmu?” Lalu ia menjawab: “dengan adanya saya masih
mau belajar dan saya juga tidak pelit-pelit dalam mengajarkan ilmu saya”.
Ibnu
Abbas ditanya: “dengan apa kamu bisa mendapatkan ilmu?” Kemudian ia menjawab: “yaitu dengan lisan
yang suka bertanya dan hati yang selalu berfikir. Itu lah yang disebut sebagai sang
pencari Ilmu”. Karena pada zaman dahulu orang yang mencari ilmu itu sering bertanya
“apa pendapatmu tentang masalah ini?”.
Sesungguhnya
Imam abu Yusuf itu faham ilmu fikih, karena sering bermusyawarah dan saling
berdiskusi dengan Imam Abu Hanifah yang sedang berjualan kain di tokonya. Dan
dengan adanya cerita ini bisa kita ketahui bahwa sesungguhnya mencari ilmu itu
bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun bahkan sambil bekerja.
Dulu
Syeikh Abu Hafs itu bekerja dan mencari ilmu. Jadi orang yang mencari ilmu itu hendaknya
bisa sambil bekerja untuk membiayai keluarganya. Maka seorang santri yang sambil
bekerja hendaknya tetap belajar dan
tidak boleh malas. Bagi orang yang badannya sehat dan akalnya jernih, maka
tidak boleh beralasan untuk berhenti memahami ilmu.
Ada
yang bertanya kepada seorang ‘Alim: “dengan apa kamu bisa mendapatkan ilmu?”
Kemudian ia menjawab: “dengan sebab orang tua kaya, karena sesungguhnya orang
tua yang kaya itu bisa mencetak para ahli ilmu. Sedangkan tambahnya ilmu itu disebabkan
adanya rasa bersyukur atas nikmat akal dan ilmu. Abu Hanifah berkata: “saya mendapatkan
ilmu itu hanya dengan sebab memuji dan bersyukur kepada Allah SWT. Jadi ketika
saya faham suatu ilmu apapun, maka saya selalu mengucapkan “Alhamdulillah”
dan akhirnya bertambahlah ilmu saya.
Oleh: Ali Musthofa
di PP. Ash-Sholatiyyah 04-09 Jan 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar